Masyarakat dunia kini berada pada fase pemulihan ketegangan psikologis, menyusul lebih dari dua tahun pandemi yang mencekam penduduk bumi. Mengacu Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), tahun pertama pandemi Covid-19 meningkatkan prevalensi global kecemasan dan depresi sebesar 25%. Peningkatan kecemasan dan stres masyarakat global umumnya dipicu kondisi tertekan yang belum pernah dialami sebelumnya yang disebabkan oleh isolasi sosial akibat pandemi. Sebagian masyarakat terkendala kemampuannya untuk bekerja dan berinteraksi secara sosial.

Selain itu, kondisi terisolasi juga menurunkan dukungan dari orang yang dicintai maupun orang-orang yang sebelumnya terlibat dalam komunitas sosial masyarakat mereka. Kesepian, ketakutan akan infeksi, penderitaan yang dialami sendiri, fakta kematian kerabat terdekat juga tetangga sekitar yang diikuti kesedihan setelah berkabung, serta kekhawatiran berkurangnya penghasilan, sering dijadikan kambing hitam pemicu stres yang mengarah pada kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, dua tahun setelahnya lembaga dunia itu menyerukan semua negara untuk lebih memperhatikan kesehatan mental dan melakukan program-program kesehatan masyarakat yang lebih intensif untuk mendukung kesehatan mental penduduk.

Salah satu elemen masyarakat yang mengalami kecemasan tersebut adalah kaum remaja yang sebagian besar dalam usia pendidikan. Menyadari hal tersebut, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berinisiatif mengadakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Psikoedukasi Literasi Kesehatan Mental berupa konseling mental health untuk para santri. Pelaksanaan kegiatan PKM ini berlokasi di Pondok Pesantren Al-Atsar Quranic Caturharjo, Pandak, Bantul. D.I. Yogyakarta.

Tim PKM UAD yang bergerak dalam bidang ini terdiri atas dosen dan mahasiswa lintas prodi, baik dari Fakultas Kedokteran, Psikologi, maupun Teknologi Industri. Menurut Ketua Tim PKM UAD, Dr. Dewi Yuniasih, M.Sc. dari Fakultas Kedokteran UAD, kegiatan ini bagian dari program PKM kerja sama Tim PKM Kesehatan UAD yang didukung oleh Kementrian Riset dan Pendidikan Tinggi. Tim UAD telah memulai kegiatan sejak 24 Juli yang lalu dan berlangsung tiap pekan hingga beberapa minggu ke depan.

Kondisi pelajar yang berada di lingkungan tertentu seperti pesantren perlu mendapat perhatian serius terkait dampak akibat sosial dan psikologi akibat pandemi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada tahun 2013, remaja yang tinggal di pesantren memiliki tingkat depresi lebih banyak dibanding dengan remaja yang tinggal di rumah. Pada siswa boarding school, sekitar 39,7% mengalami depresi, 67,1% mengalami kecemasan, dan 44,9% mengalami stres, yang disebabkan oleh akademis, interpersonal, guru, pembelajaran, dan kelas sosial.

Selain konseling mental health, para santri dalam program tersebut juga dibekali dengan beberapa kegiatan pelatihan kesehatan yang menunjang kesehatan fisik. Misalnya seperti pola hidup sehat, program peningkatan kesehatan di era new normal, serta konsultasi langsung bidang psikologis dan kesehatan untuk para santri.

Konseling mental health ini akan menjadi ajang mahasiswa UAD untuk mengaplikasikan ilmunya pada program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan ceramah dan konseling dipimpin oleh dosen Psikologi UAD Herlina Siwi Widiana, S.Psi., M.A., Ph.D. dengan dibantu Tim KKN mahasiswa Psikologi UAD.

Kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi model di daerah dan sekolah lain dalam peningkatan suasana belajar yang kondusif pascapandemi di lingkungan pendidikan remaja, khususnya di kalangan pesantren. Harapannya, program yang dilaksanakan dapat mempercepat pemulihan dampak ketegangan akibat pandemi sekaligus meningkatkan kembali suasana kondusif dan kualitas belajar mengajar di dunia pendidikan.

Sumber foto : https://news.uad.ac.id/pengabdian-masyarakat-uad-untuk-kesehatan-mental-santri/

Berita tersebut pernah dirilis oleh newsuad pada link : https://news.uad.ac.id/pengabdian-masyarakat-uad-untuk-kesehatan-mental-santri/

Categories:

Tags:

Comments are closed